Kumpulan 10 Filsafat Kehidupan Jawa

  السّلام عليکم و رحمة اللّه و بركاته

Ketika kita masuk ke dalam dunia Jawa kita sama saja masuk ke dalam rimba raya simbolik. Dalam kehidupan masyarakat Jawa banyak dikenal filosofi-filosofi kehidupan dari yang mudah untuk dimengerti hingga yang sukar untuk dipahami. Para sesepuh orang Jawa terdahulu banyak mengajarkan kaidah-kaidah kehidupan dengan simbol-simbol. 

Dalam ilmu sastra Jawa kita akan menemukan yang namanya keroto boso, dosonomo, wangsalan, babad, dan lain sebagainya. dimana dari masing-masing ilmu tersebut punya ciri khasnya tersendiri. Terlepas dari semua itu, dalam artikel kali ini kami akan mengulas beberapa kata-kata mutiara dari Suku Jawa yang serig kita dengar. Mungkin sebagian dari kita masih ada yang belum mengerti apa maksud dan isinya. Selanjutnya mari kita simak penjelasan singkat dari "Santri Mbeling" di bawah ini.

1. Sopo Nandur Bakal Ngunduh
Ini bermaksud bahwa kita sebagai manusia akan menerima balasan dari setiap apa yang kita perbuat. Terkadang hal yang kita alami saat ini adalah balasan dari apa yang pernah kita lakukan pada masa lalu. Hal ini selaras juga dengan ajaran Agama Islam yang termaktub juga dalam kitab suci Al-Qur'an dalam surah Al Zalzalah ayat 7-8 berikut :

 فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

artinya : "Barang siapa yang berbuat kebaikan meski hanya sebesar biji sawi pun Allah akan membalasnya, dan barang siapa melakukan keburukan meski hanya sebesar biji sawi pun Allah akan membalasnya juga"
 
2. Urip Iku Urup
Maksud dari kata "Urip iku urup" kita sebagai umat manusia harus bisa menjadi manfaat bagi makhluk Allah yang lain. Hal ini juga selaras dengan salah satu hadits Nabi yang berbunyi : 

خيرنّاس انفعهم للنّاس

Artinya : "Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya" (HR. Ahmad)

3. Urip Kudu Eling Sangkan Paraning Dumadi
Bagi masyarakat Jawa kita semenjak masuknya ajaran Islam kita diajarkan bahwa pada dasarnya kita suatu saat nanti akan kembali pada asal kita. Maka kita dalam menjalani kehidupan harus selalu waspada dan ingat pada asal kita, jangan sampai kita lupa akan jalan pulang. Jalan pulang yang dimaksud adalah jalan kita di akhirat kelak. Dalam ajaran Islam hal ini dikenal dengan kalimat Tarjih yang berbunyi : " Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un ".
 
4. Narimo Ing Pandum
Kalimat ini mengandung makna ikhlas. Kalau kita artikan dalam bahasa Indonesia "Narimo ing pandum" berarti menerima apa yang sudah menjadi bagiannya. Di dalam al Qur'an sendiri kata ikhlas disebutkan sebanyak 31 kali. Terulang 2 kali pada kata akhlasa dengan pelaku yang berbeda, 20 kali pada kata mukhlis/mukhlisin/mukhlisun, 1 kali pada kata khalasa, 7 kali pada kata khalish/khalishah, dan 1 kali pada kata astakhlishu. Banyaknya penyebutan kata ikhlas beserta derivasinya barangkali bertujuan agar umat manusia dapat menjadi orang-orang yang ikhlas dalam segala hal.
 
5. Wong Salah Bakal Seleh
Kalimat ini bermakna bahwa pada hakikatnya semua orang yang bersalah suatu saat pasti akan ketahuan juga. Sekuat dan sepandai apa pun dia menyembunyikan kesalahannya Allah selalu punya cara tersendiri untuk membuka kesalahannya. Hal ini juga masih ada korelasinya dengan penjelasan pada falsafah hidup yang sudah saya jelaskan di atas.
 
6. Alon-alon Waton Kelakon
Pelan-pelan yang penting dapat terlaksana. Ini menjelaskan bahwa kita jangan gegabah atau tergesa-gesa dalam bertindak. Karena hasil yang maksimal akan kita dapatkan tatkala kita melakukan sesuatu dengan penuh kehati-hatian.
 
7. Dadi Bocah Ojo Seneng Ngrokok Cendak
Rokok yang sudah pendek dalam bahsa Jawa disebut dengan  Tegesan. Maksudnya kita jangan suka mencampuri urusan orang lain di kala kita tidak mengerti duduk permasalahannya. Biasanya kalimat ini dalam masyarakat Jawa ditujukan kepada anak kecil yang suka ikut campur dalam pembahasan orang tua.
 
8. Aja Gumunan, Aja Kagetan, Aja Getunan, Aja Aleman
Dalam menjalani kehidupan ini kita dituntut untuk kuat. Jangan mudah goyah dan tergoda akan pengaruh buruk dari luar.
 
9. Datan Serik Lamun Ketaman, Datang Susah Lamun Kelangan
Kembali dalam kalimat lain para sesepuh Jawa mengajarkan agar kita sebagai manusia selalu ikhlas dalam menghadapi segala ujian hidup. Jangan mudah berkeluh kesah dan putus asa.
 
10. Sugih Tanpa Bandha, Sekti Tanpa Aji, Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake 
Kaya tanpa kemewahan, sakti tanpa ajian, menyambangi musuh tanpa mengajak teman, dan ketika menang kita jangan merendahkan. Kalimat ini pada awalnya dikenalkan oleh kakak kandung R.A Kartini yang bernama Raden Mas Panji Sosrokartono. Dalam ajaran ini kita dituntut untuk menghindari dari sifat sombong dan tinggi hati.

Demikian sekelumit penjelasan dari 10 Falsafah Kehidupan Jawa yang sering kita dengar. Sebenarnya masih banyaklagi falsafah-falsafah hidup jawa lain yang belum sempat saya paparkan. Semoga dalam artikel-artikel berikutnya akan lebih banyak lagi falsafah kehidupan Jawa yang bisa saya paparkan. Semoga dengan adanya artikel tentang Falsafah Hidup Jawa ini dapat bermanfaat bagi kita semua. 

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kumpulan 10 Filsafat Kehidupan Jawa"

Posting Komentar