Asmå Kinaryå Jåpå

Dalam kultur masyarakat Jawa banyak kita temui berbagai filosofi. Salah satunya berkaitan dengan nama. Orang tua kita terdahulu dalam memberikan nama kepada anak - anaknya tidak asal memberi nama. Sebab orang Jawa punya pribahasa yang berbunyi "Asmo kinaryo jopo".

Lantas apa hubungannya dengan peribahasa tersebut? 

Asmo kinaryo jopo, peribahasa ini dalam bahasa Indonesia bisa kita artikan nama adalah sebuah doa. Oleh sebab itu para orang tua Jawa selalu memberikan nama pada anak mereka dengan nama yang memiliki makna yang baik. Seperti contoh beberapa nama anak - anak Jawa berikut :
  • Slamet Sarjono
  • Bima Sena Aji
  • Sutrisno
  • Sugiarto
  • Budi Styaji
  • Panji Anom Wirabakti
  • Arif Budi Sudarmoko
Contoh nama - nama di atas hanyalah sebagian kecil saja dari nama anak keturunan Jawa. Sejak masuknya Islam ke tanah Jawa, tidak sedikit juga yang memberikan nama dengan bahasa Arab. Nama - nama itu sebagian diambil dari potongan - potongan ayat suco Al-Qur'an, namun tidak sedikit pula yang diambil dari nama tokoh besar penyebaran Islam. 

Hal ini sejalan pula dengan ajaran Agama Islam. Itu terbukti dari ulasan hadits Nabi Muhammad Sholallahu'alaihi wasallam berikut :

Al-Imam Ibnu-Qayyim rahimahullah berkata :
ومن تأمل السنة وجد معاني في الأسماء مرتبطة بها حتى كأن معانيها مأخوذة منها وكأن الأسماء مشتقة من معانيها........ وإذا أردت أن تعرف تأثير الأسماء في مسمياتها. فتأمل حديث سعيد بن المسيب عن أبيه عن جده قال أتيت إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال ما اسمك قلت حزن فقال أنت سهل قال لا أغير اسما سمانيه أبي قال ابن المسيب فما زالت تلك الحزونة فينا بعد رواه البخاري في صحيحه والحزونة الغلظة
“Barangsiapa yang mengamati sunnah, niscaya ia akan menemukan bahwa nama-nama yang ada berhubungan dengan pemiliknya yang seakan-akan ia memang diambil darinya sesuai dengan karakternya…… Apabila engkau ingin  mengetahui bagaimana nama-nama itu bisa mempengaruhi pemiliknya, maka perhatikanlah hadits Sa’id bin Al-Musayyib, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata : “Aku pernah menghadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bertanya : “Siapakah namamu ?”. Aku menjawab : “Namaku Huzn”. Beliau bersabda : “(Gantilah), namamu menjadi Sahl (=mudah)”. Aku berkata : “Aku tidak akan menukar nama yang telah diberikan oleh bapakku”. Ibnul-Musayyib berkata : “Sejak saat itu, sifat kasar senantiasa ada dalam keluarga kami”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya. Makna al-huzuunah/huznadalah al-ghildhah (=kasar)” [Tuhfatul-Mauduud bi-Ahkaamil-Mauluud oleh Ibnul-Qayyim, hal. 84-85, tahqiq : ‘Abdul-Mun’im ‘Aaniy; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah, Cet. 1/1403].
 Dari ulasan di atas, maka tidaklah salah kita sebagai umat muslim juga  belajar tentang ajaran - ajaran Jawa. Ada pepatah mengatakan "Jawa bertemu dengan Islam ibarat bakul bertemu dengan tutup." Maksudnya antara ajaran Islam dan ajaran Jawa itu pada dasarnya adalah sama. 

Cukup sekian dahulu artikel kali ini. Semoga dapat menjadi sedikit pencerahan bagi sahabat sekalian.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Asmå Kinaryå Jåpå"

Posting Komentar